Pengaruh Bermain Terhadap Perilaku Anak Pra Sekolah Masa Hospitalisasi di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung

Tina Shinta P* Monica Saptiningsih**Veronica Shintowati***

ABSTRAK
Masa balita merupakan golden periode dimana terjadi pembentukan dasar-dasar sikap dan perilaku serta perkembangan berbagai dimensi sehingga diharapkan anak dapat melewatinya tanpa menderita sakit. Sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, karena dimungkinkan anak mengalami hospitalisasi sehingga anak dituntut untuk beradaptasi walaupun dalam keadaan sakit dan harus menjalani prosedur perawatan dan pengobatan yang menakutkan. Bermain dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran, mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bermain terhadap perilaku masa hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung. Design penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan 95 responden anak pra sekolah. Alat penelitian menggunakan gambar untuk diberi warna, kertas untuk menggambar dan puzzle, dengan alat ukur lembar observasi. Hasil uji t dependen, didapatkan p value 0,0001 menunjukkan bahwa ada perbedaan respon perilaku masa hospitalisasi anak sebelum dan sesudah aktivitas bermain dengan taraf signifikasi (0,001) yang berarti Ho ditolak. Hasil penelitian menunjukan bahwa bermain memberikan pengaruh selama hospitalisasi, sehingga diharapkan perawat dan orang tua dapat memberikan dukungan kepada anak selama hospitalisasi dengan cara bermain bersama selama 20-30 menit.

Kata kunci : bermain, perilaku ,hospitalisasi, anak pra sekolah.

ABSTRACT
Childhood is a golden period which make up the foundation of children personality and attitude so we hope the children can grow healthy. Illness is not good experience, furthermore if the children must hospitalize so the children must adapted wherever they get sick. Play can help them to express their feeling and thought, distract the pain and make relaxation. The purpose of the research was to identify the effect of children of 3-6 years behavior of playing during hospitalitation in “Y” Room, Hospital “X” Bandung. The design of the research used quasi experimental with 95 responden pre school children. The equipment used is a blank pictures and then the children give the colour to the pictures, blank paper to draw and puzzle, with using check list observation. The result of the test t dependent with 0,0001 p value show that there are responce differencies of behavior during hospitalitation before and after playing with significancy (0.001) that means reject Ho. The result of the research shows that play give influence during hospitalitation, so we hope the nurses and parents will support to the hospitalized children to play for 20-30 minutes.

Key Words : play, behavior, hospitalitation, pre school children


PENDAHULUAN
Anak adalah individu unik dan aset bangsa utama yang sebagian besar aktivitasnya adalah bermain. Anak merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pembinaan terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik mental dan sosial anak, termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Supartini Yupi, 2004).

Bermain adalah salah satu aktifitas yang paling menyenangkan, kesenangan akan bermain selalu ada pada setiap orang tanpa memandang usia baik tua maupun muda. Siapapun bisa bermain dengan fasilitas dan alat sederhana ataupun dengan alat yang komplit dan lengkap. Wong, L. D (2004) mengemukakan bermain merupakan upaya manusia untuk mengeluarkan ekspresi dalam dirinya dengan cara membuat dirinya senang dan nyaman. Bermain diyakini mampu untuk menghilangkan berbagai batasan, hambatan dalam diri, stress, frustasi, bahkan dapat dipakai sebagai terapi dalam bentuk aktivitas bermain. Bermain digunakan bagi anak yang mempunyai masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Nurjaman dalam Supartini Yupi (2004) mengemukakan setelah melewati usia balita, anak yang diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah diajak bekerjasama. Sebaliknya kalau anak kurang diajak bermain, anak akan kurang memiliki stimulasi, menjadi seperti ditelantarkan, kurang peka terhadap sekitarnya, sulit percaya pada orang lain, dan mudah curiga bila memasuki lingkungan baru.

Sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Reaksi anak dan keluarganya terhadap sakit dan rumah sakit adalah dalam bentuk kecemasan, stress dan perubahan perilaku. Reaksi anak pra sekolah ketika mengalami perawatan di rumah sakit adalah dengan menunjukkan reaksi perilaku seperti protes, putus asa dan regresi (Wong L. Donna, 2004). Sikap regresi merupakan fenomena umum pada anak saat menjalani rawat inap. Sikap regresi pada kasus yang lebih ringan muncul dalam bentuk menangis, bersandar pada ibu, mengisap jari, serta yang lebih berat anak menolak makan. Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis pada anak, anggota keluarga dan mempersiapkan anak sebelum dirawat di rumah sakit. Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan memberikan aktivitas bermain. Perawat memegang posisi kunci untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit, karena perawat berada di samping pasien selama 24 jam (Supartini Yupi, 2004).

Bermain dapat dilakukan sebelum melakukan prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi yang dirasakan anak selama prosedur. Aktivitas bermain sangat terapeutik membantu anak mengekspresikan perasaannya, ini berarti bermain bagi anak merupakan suatu cara berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata (Suparto, 2003 : 4).

Anak pra sekolah yang dirawat di rumah sakit akan mendapat stressor, sehingga berdampak kemungkinan terjadinya regresi. Aktivitas bermain di rumah sakit diharapkan mampu membuka jalan bagi perawat untuk mencurahkan kasih sayang, peduli, empati, dan kelembutan. Perawat diharapkan mempunyai pemahaman tentang kompleksitas komunikasi, menyadari pentingnya komunikasi, bukan bagi hubungan interpersonal umumnya tapi juga untuk menjalin kualitas keberhasilan perawat dan pengobatan klien, terutama pada anak prasekolah (Marilyn J. Hockenberry, 2001).

Pada saat ini ditinjau dari proporsi penduduk di dunia, 40% total populasi adalah anak dan remaja berusia 0–18 tahun. Masalah kesehatan pada anak-anak di negara berkembang perlu mendapat perhatian, mengingat kondisi perekonomian yang belum stabil. Hal ini semakin memperburuk tingkat kesehatan penduduk terutama populasi anak. Implikasi ketika seorang anak menderita sakit adalah mereka akan mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya. Prevalensi disfungsi perkembangan pada saat anak sakit berkisar antara 1–3%. Persentase anak-anak yang dirawat di rumah sakit saat ini mengalami masalah yang serius dan kompleks (Nelson,1994).

Data pendahuluan yang didapatkan peneliti dari buku register pasien di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” pada Maret–September 2009 didapatkan jumlah rata–rata pasien anak yang dirawat adalah 322 anak dengan persentase anak usia 3-6 tahun sebanyak 27,86%. Hasil observasi yang dilakukan peneliti di Ruang “Y” pada minggu terakhir bulan September didapatkan bahwa 5 dari 10 anak berusia 3-6 tahun yang pertama kali mengalami hospitalisasi menunjukan persoalan ketergantungan yang sangat tinggi dengan orangtua atau pengasuh utama di rumah. Hal ini ditunjukkan dengan anak tidak menjawab pertanyaan perawat atau orang yang baru ditemui, anak menangis, mengamuk, selalu minta pulang dan rewel, anak selalu digendong dan terlihat takut pada perawat yang datang. Hal ini membuat perawat cukup kesulitan dalam melakukan tindakan keperawatan. Orang tua pasien mengatakan bahwa tidak terbiasa memberikan mainan pada anak selama anaknya dirawat. Hal ini disebabkan alat dan tempat bermain yang dimiliki orang tua dan rumah sakit terbatas, sehingga anak cenderung diam tanpa melakukan aktivitas apapun saat sakit. Orang tua juga tidak membawakan mainan kesukaan anak dari rumah, karena orang tua beranggapan bila beraktivitas maka penyakit anak akan semakin parah, sehingga anak tidak boleh beraktifitas karena sakit. Selain itu orang tua memiliki kebiasaan membiarkan anak bermain sendiri tanpa jelas maksud dan tujuan dari bermain, sedangkan usia 3-6 tahun termasuk dalam golden periode. Bila orang tua kurang memperhatikan hal tersebut akan memberikan dampak kurang baik pada anak di masa yang akan datang dalam perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya.

Berdasarkan fenomena diatas maka dirumuskan bahwa masalah penelitian yaitu adakah pengaruh bermain terhadap perilaku anak pra sekolah masa hospitalisasi di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh bermain terhadap perilaku anak pra sekolah masa hospitalisasi di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan design penelitian quasy eksperimental, one group pre dan post test. Peneliti akan memberikan perlakuan atau intervensi pada subyek, kemudian dilihat dampaknya atau pengaruhnya, selanjutnya hasil pengukuran tersebut diukur dan dianalisis menggunakan analisa univariat dan bivariat. Secara khusus penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi yang bertujuan mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan menggunakan analisis kuantitatif.
Berdasarkan fenomena yang didapatkan peneliti maka diambil hipotesa. Hipotesa nol (Ho) adalah tidak adanya pengaruh bermain terhadap perilaku anak masa hospitalisasi. Hipotesa alternative/ hipotesa kerja (Ha/H1) adalah ada pengaruh bermain terhadap perilaku anak masa hospitalisasi.

Batasan penelitian pada ruang anak Rumah Sakit “X” pada semua anak usia pra sekolah 3 – 6 tahun (Wong.L.D, 2004) yang menjalani hospitalisasi di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung. Hal ini dikarenakan usia pra sekolah merupakan golden periode untuk perkembangan selanjutnya. Berdasarkan hasil rekam medis jumlah anak pra sekolah yang dirawat di Ruang “Y” selama bulan Januari-Agustus 2009 rata-rata 27,86%.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas adalah perilaku anak pra sekolah dan variabel terikat adalah masa hospitalisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang mengalami hospitalisasi pada usia pra sekolah 3–6 tahun di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung dengan criteria sebagai berikut anak usia 3-6 tahun (pra sekolah), laki-laki maupun perempuan, anak dalam kesadaran optimal (sadar penuh), anak dapat diajak berkomunikasi, anak tidak mengalami keterbelakangan mental, anak dapat melakukan aktifitas, anak tidak mengalami sakit yang berat, orang tua dan anak bersedia menjadi responden.

Penentuan sampel dengan menggunakan rumus presisi (Lameson 1997) ��=,�� ,1−,��-2..−��(1−��)-,��-2.. dengan keterangan sebagai berikut bahwa Z = Harga kurva normal yang tergantung dari harga α; 0,5 (1,96), n = Perkiraan jumlah sampel, d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,1), p = Kemaknaan 0,5. Sehingga didapatkan ��= ,,1,96-2..0,5(1−0,5)-,0,1-2 adalah 95 responden. Teknik Sampling yang digunakan adalah consecutive sampling, dilakukan dengan cara memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Nursalam, 2003).

Alat / instrument yang dipergunakan untuk mengumpulkan data responden meliputi : kuisioner, daftar pertanyaan tentang identitas responden, lembar observasi, kertas dengan gambar yang belum diberi warna, buku cerita untuk anak-anak, pensil warna/crayon, puzzle, kertas lipat. Kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan yang akan memberi informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan cara dan hasil subyek dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Azwar,2005;2). Mengukur perilaku/performansi tipikal dengan lembar observasi. Cara ini dirancang untuk mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika berada dalam situasi-situasi tertentu. Jawaban terhadap pertanyaan dalam tes jenis ini tidak dapat dipilah sebagai benar dan salah melainkan didiagnosis. Tes dalam penelitian ini menggunakan tes yang mengukur performansi tipikal dengan skala Guttman. Untuk lembar observasi setiap perilaku yang peneliti jawab ya : diberikan score 0, dan pada jawaban tidak diberikan score 1, kemudian keseluruhan jawaban dijumlahkan. Jumlah nilai dari keseluruhan jawaban observasi Kode A sebelum perlakuan diskoring, demikian juga nilai dari keseluruhan jawaban pada Kode B setelah diberikan kegiatan bermain. Bila jumlah jawaban ”tidak“ mengalami peningkatan menunjukan adanya pengaruh aktivitas bermain terhadap perilaku anak, bila jumlah jawaban ”tidak” mengalami penurunan menunjukan tidak ada pengaruh aktivitas bermain terhadap perilaku anak.

Pada penelitian tidak dilakukan uji validitas karena pernyataan-pernyataan observasi perilaku anak yang ditunjukkan dibuat berdasarkan konsep teori yang sudah ada. Peneliti menentukan kurang lebih 5 orang perawat dengan latar belakang pendidikan D3 Keperawatan. Bersama ke 5 observer peneliti menyamakan persepsi untuk tehnik menerapkan perlakuan/tindakan kepada responden.

Peneliti menentukan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi, selanjutnya pendekatan kepada orang tua responden untuk melakukan observasi kepada anak sebelum dan setelah bermain, kemudian memberikan alat-alat yang akan dipergunakan untuk bermain anak sesuai pilihan anak dan memberikan waktu kepada anak untuk bermain ditemani oleh orang tua. Setelah selesai perlakuan dilakukan klarifikasi terhadap orang tua yang melakukan observasi dan memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti. Setelah dilakukan pengumpulan data dengan lengkap dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengolahan data melalui empat tahap yaitu Editing, Coding, Processing, Cleaning.

Menurut Nursalam (2003) dalam melakukan penelitian, peneliti merasa perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi Informed Consent, Anonimity, Confidentiality.

Pada penelitian ini akan melihat adanya perbedaan data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta antara fenomena yang diselidiki atau diteliti (Riyanto Agus, 2009) melalui statistik kuantitatif. Analisis univariat menggunakan data jenis numeric dengan mencari nilai rata-rata (mean) dan median, modus/ mode, range, standar deviasi, variance (varians).

Setelah dilakukan analisa univariat dilanjutkan dalam analisa bivariat. Dalam tahap ini penerapan analisa data sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk menganalisa data dilakukan analisis statistik uji t- dependen. Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data dependen. Peneliti hanya mengadakan perlakuan satu kali dan diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, kemudian hasilnya diambil kesimpulan.

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai nonprobabilitas berdasarkan tingkat kemaknaan 95% (Alpa 0,05), dikatakan ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan, bila p ≤ 0,05. Selanjutnya untuk memberikan interpretasi skor skala dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif berdasarkan standar deviasi adanya pengaruh dan tidak adanya pengaruh dari aktivitas bermain yang diberikan pada anak pra sekolah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Pengambilan data dimulai pada tanggal 15 Desember 2009 - 31 Januari 2010 didapatkan 95 anak pra sekolah yang mengalami hospitalisasi, dan memenuhi kriteria penelitian. Gambaran karakteristik responden secara keseluruhan pada penelitian ini ditunjukkan pada tabel 1.1, sebagai berikut :

Tabel 1.1
Distribusi Responden Anak Pra Sekolah
Di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung
15 Desember – 31 Januari 2010



Analisa Univariat

Tabel 1.2
Distribusi Responden Anak Pra Sekolah
Hasil Observasi Yang Menunjukan Perilaku Anak Sebelum Bermain

1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post