Congenital Hip Dislocation / Developmental Dislocation of Hip / Dislokasi Panggul Kongenital.

Congenital Hip Dislocation / Developmental Dislocation of Hip / Dislokasi Panggul Kongenital

Pengertian
Developmental Dislocation of Hipsering disebut juga dengan istilah Developmental displasia of the Hip. Beberapa waktu yang lalu lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) yang berarti Dislokasi Panggul Kongenital. Jadi, DDH merupakan kelainan kongenital dimana terjadi dislokasi pada panggul karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada tempat seharusnya.

Congenital Hip Dislocation / Developmental Dislocation of Hip / Dislokasi Panggul Kongenital
Sumber foto: Google Image

Epidemiologi
- Bilateral > unilateral
- Perempuan > laki-laki = 8 : 1
- Kejadian meningkat pada :
  • Ada riwayat keluarga
  • Kebiasaan membedong bayi
  • Bawaan dari kelainan kongenital lain, seperti: Congenital Muscular Torticolis dan Congenital Metatarsus Adductus.

Etiologi
Penyebab kelainan ini belum pasti, idiopatik. Adapun faktor resiko terjadinya kelainan ini secara:

Genetik: kelemahan ligamen

Lingkungan
- Intrauterin
  • Desakan kembar, oligohidramnion
  • Desakan dapat membuat caput femur janin yang masih belum terfiksasi dengan baik terlepas dari acetabulum.
  • Hormon relaksin: Hormon relaksin merupakan hormon yang muncul saat Persalinan untuk melemaskan tulang panggul agar mempermudah proses kelahiran.
- Persalinan
  • Kesalahan dalam menolong persalinan
  • Bayi dengan interpretasi bokong
- Pasca Persalinan
  • Kebiasaan membedong: pembedongan dengan cara yang sangat erat dan kuat sehingga membuat kaki anak yang seharusnya fleksi menjadi ekstensi dapat membuat kemungkinan lebih tinggi timbulnya DDH/CHD.

Manifestasi Klinis
  • Terlihat kaki bayi panjang sebelah
  • Terdapat lipatan paha bayi yang tidak seimbang
  • Saat anak mampu berjalan, maka cara jalannya menjadi tidak seimbang

Penegakan Diagnosa 
Dapat dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain
  • Anamnesis berupa usia, faktor resiko dan onset gejala.
  • Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik meliputi
  • Tes Barlow : suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan cara mengeluarkan kaput femur dari acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari pemeriksa diletakkan di lipatan paha.
  • Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari pemeriksa dan terdengar bunyi 'klik'.
  • Tes Ortolani : suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke acetabulum dengan melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral). Positif bila:
Ada bunyi klik saat trokhanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi keluar saat tes Barlow masuk ke acetabulum.

Sudut abduksi < 60 derajat (suspek DDH). Normalnya, sudut abduksi = 65 sampai 80 derajat. 
  • Tidak semua orang dapat mendengar bunyi 'klik' pada tes Barlow dan Ortolani sehingga dibutuhkan seorang ahli ortopedi untuk melakukannya. 
  • Tanda Galeazzi : Fleksikan femur, dekatkan antara yang kiri dan kanan, lihat apakah lututnya sama panjang atau tidak. Bila tidak sama panjang hal ini berarti hasil pemeriksaan adalah +. 
  • Tes Tradelenberg: anak disuruh berdiri 1 kaki secara bergantian. Saat berdiri pada kaki yang DDH (+), akan terlihat : 
Otot panggul abduktor (menjauhi garis tubuh). Normalnya, otot panggul akan mempertahankan posisinya tetap lurus. 
Pemeriksaan Penunjang
  • USG: digunakan untuk usia < 6 bulan karena penulangan belum sempurna (tulang masih dalam bentuk tulang rawan), sehingga bila diperiksa dengan rontgen hasilnya akan radiolucent. 
  • Rontgen: dilakukan untuk usia > 6 bulan. Digunakan untuk mendiagnosis dislokasi dan selanjutnya untuk pemantauan pengobatan

Tata Laksana
Cara melakukan penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan berdasarkan usia, semakin muda usia anak maka semakin mudah tata laksananya.

Short Leg Hip Spica Cast
Short Leg Hip Spica Cast (Sumber Foto: Google Image)

0-3 bulan, dapat dilakukan dengan cara:
  • Pemakaian popok double untuk menyangga femur tetap fleksi
  • Penggunaan Pavlik Harness.
  • Setelah 3-4 bulan pemakaian popok double/Pavlik Harness dilakukan cek radiografi dan pemeriksaan fisik. Bila membaik maka penggunaan popok double dan Pavlik Harness dihentikan.
3-8 bulan, dengan cara:
  • Dilakukan traksi beberapa minggu
  • Subcutaneus adductor tenotomy
  • Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas, maka dapat dilakukan fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil radiografi baik.
8 bulan - 5 tahun, dengan cara:
  • Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy
  • Open reduksi => fiksasi dengan spica
>5 tahun
  • Operasi penggantian sendi (dilakukan dengan memasang protesis). Tidak dilakukan lagi perbaikan karena dislokasi sudah terlalu lama dan posisinya sudah jauh dari seharusnya. Bila dilakukan penarikan secara paksa ligamen dan otot, kemungkinan dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan saraf (tidak dapat ditarik).

Prognosis
Semakin muda usia bayi saat dilakukan pengobatan, maka semakin baik prognosisnya.

Daftar Pustaka
  • Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.
  • Rasjad, Chairuddin Prof, MD, Ph.D. 2006.
  • Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone
  • Salter, Robert Bruce. 1970. Textbook of Disorder and Injuries of the Muskuloskeletal System. Maryland : Lippincott Williams & Wilkins

Sumber:
Materi kuliah "Congenital Hip Dislocation / Developmental Dislocation of Hip / Dislokasi Panggul Kongenital"
Mata Kuliah: Muskulo Skeletal
Dosen: Tina Shinta

Post a Comment

Previous Post Next Post