Kelainan Jari: Polidaktili

Kelainan Jari: Polidaktili

Pengertian
Polidaktili merupakan salah satu kelainan pertumbuhan pada jari sehingga terdapat jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila jumlah jarinya enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran. Polidaktili merupakan kebalikan dari oligodaktili.

Manifestasi Klinis
  • Bentuk kelainan tersebut dapat berupa gumpalan daging, jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal.
  • Tetapi, umumnya hanya berupa tonjolan daging kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau jari kelingking.
  • Kelebihan jari pada sisi ibu jari lebih banyak daripada sisi jari kelingking.

Etiologi:
  • Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan homozigot pada autosom. Jika gen dominan polidaktili dilambangkan X maka individu dengan gen homozigot dominan (XX) dan heterozigot (Xx) akan menderita polidaktili. Adapun individu dengan gen homozigot resesif (xx) bersifat normal. Gen polidaktili memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap fenotipe. Terkadang menghasilkan jari tambahan di tangan, kaki, atau keduanya. Polidaktili juga memperlihatkan sifat penetrasi parsial, terkadang gen tersebut tidak mempengaruhi apa-apa dan individu dengan gen tersebut tetap memiliki jumlah jari kaki dan tangan yang normal.
  • Kegagalan pembentukan bagian,
  • Kegagalan diferensiasi,
  • Duplikasi berlebih
  • Sindrom penyempitan pita kongenital,
  • Kelainan tulang umum.
  • Keturunan

Penatalaksanaan
  • Dilakukan operasi untuk “membuang” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak berkembang dan tidak berfungsi normal. Sebaiknya operasi dilakukan pada saat anak berumur antara 6 – 18 bulan, atau sebelum anak memasuki sekolah agar tidak mengganggu perkembangan mental anak.
  • Bila jari yang lebih tersebut hanya berupa gumpalan daging, biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, tetapi mungkin dapat membuat anak menjadi malu atau minder.
  • Bila kelainan ini disertai dengan gangguan lainnya, misalnya gigi rusak, kuku tidak terbentuk, kelainan pigmentasi pada retina, kelamin mengecil, atau retardasi mental, maka dapat mengganggu kualitas hidup anak.

Asuhan Perawatan
  • Lakukan perawatan luka pada daerah bekas operasi hingga sembuh. Lakukan pemeriksaan rutin pada daerah bekas luka operasi untuk memantau proses penyembuhan dan mengganti perban secara rutin untuk menjaga kebersihan luka.
  • Orang tua sebaiknya memberi dukungan mental agar anak tidak rendah diri, seperti menemani anak selama menjalani fisioterapi selama 1-3 bulan di bawah konsultasi dokter ortopedi, dan memantau bila terjadi gangguan tumbuh-kembang pada anak.


Materi Kuliah: Muskulo Skeletal
Dosen: Tina Shinta

Post a Comment

Previous Post Next Post