Askep Anak Kebutuhan Khusus Tuna Netra

Askep Anak Kebutuhan Khusus Tuna Netra

Pengertian
  • Tuna netra adalah seseorang yang memiliki indera penglihatan yang tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang normal, sehingga mereka memiliki keterbatasan melakukan berbagai aktivitas yang membutuhkan bantuan penglihatan seperti menonton televisi, membaca huruf atau tanda visual, dan hal lainnya yang berkenaan dengan penglihatan.
  • Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card.
  • Tuna Netra adalah mereka yang memiliki penglihatan terganggu sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan atau bantuan lain secara khusus.

Pandangan Yang Salah Mengenai Tuna Netra
  • Tunanetra mendengar lebih baik dan lebih tajam dari orang awas.
  • Mata akan bertambah rusak apabila membaca mendekatkan bukunya ke matanya.
  • Penglihatan akan hilang atau tambah rusak apabila sering menggunakan matanya.
  • Seorang tunanetra membutuhkan lampu dan cahaya yang terang untuk dapat melihat lebih baik.
  • Setiap tunanetra membutuhkan kacamata hitam,
  • Tunanetra mempunyai indera keenam dsbnya

Etiologi
  • Dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
  • Hal yang termasuk faktor internal yaitu faktor keturunan atau genetik dan faktor yang erat hubungannya selama bayi masih dalam kandungan seperti: kurang gizi, terkena infeksi, keracunan, aborsi yang gagal, ataupun adanya penyakit kronis.
  • Faktor eksternal adalah faktor ketika lahir atau maupun faktor setelah lahir. Misalnya: kecelakaan, terkena penyakit syphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, kelahiran yang lama sehingga kehabisan cairan, kelahiran yang dibantu alat yang mengenai syaraf, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit, bakteri ataupun virus.

Insidensi
Tuna Netra umumnya disebabkan oleh penyakit dan malnutrisi. Menurut perkiraan WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan yang paling sering diantaranya adalah katarak (47,9%), glaukoma (12,3%), degenerasi makular akibat usia (8,7%), opasitas kornea (5,1%), dan diabetes retinopati (4,8%).

Klasifikasi Tuna Netra
Berdasarkan tingkat penglihatan, ketunanetraan dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
a. Tunanetra golongan buta, dimana terbagi lagi menjadi 3 kelompok yakni;
  • mereka yang sama sekali tidak memiliki persepsi visual,
  • mereka yang hanya memiliki persepsi cahaya dan
  • mereka yang memiliki persepsi sumber cahaya. Pada golongan ini, mereka memerlukan sistem Braille sebagai alat bantu.
b. Tunanetra golongan kurang lihat yang terbagi lagi menjadi 3 kelompok , yakni:
mereka yang memiliki persepsi benda-benda yang berukuran besar sehingga mereka masih membutuhkan sistem Braille;
  • mereka yang memiliki persepsi benda-benda berukuran sedang dimana ada diantaranya yang membutuhkan sistem Braille dan ada juga yang dapat menggunakan huruf dan tanda visual yang diperbesar;
  • mereka yang memiliki persepsi benda-benda berukuran kecil dimana mereka pada umunya mampu menggunakan huruf dan tanda visual sebagai media baca dan pengajaran.

Alat Bantu Baca dan Tulis
  • Kelebihan yang dimiliki, berupa sensasi taktil dan pendengaran yang tajam. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tunanetra umumnya menggunakan sistem Braille untuk memperoleh informasi baru.
  • Sistem Braille adalah salah satu metode yang diperkenalkan secara luas bagi masyarakat tunanetra yang digunakan untuk membaca dan menulis.
  • Sistem ini diperkenalkan pada tahun 1821 oleh Louis Braille, seorang tunanetra yang berasal dari Prancis. Setiap karakter atau sel didirikan dari 6 posisi titik, yang disusun segitiga dan mencakup 2 kolom setiap tiga titik. Huruf Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika dan lainnya. Ukuran huruf Braille yang umum digunakan adalah dengan tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan vertikal antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm.

Prinsip Strategi Pengajaran Tuna Netra
  1. Kongkrit: pengajaran sesuai dengan aslinya atau menampilkan modelnya, menekankan pada contoh kongkrit bukan verbalistis.
  2. Melakukan, dalam mengajar tunanetra harus menekankan pada praktek yaitu melakukan kegiatan secara langsung, bukan hanya menerangkan secara lisan.
  3. Memadukan, karena keterbatasan dalam penglihatan maka dalam menerangkan pada tunanetra harus utuh dan sistimatis. Sistimatis dan menyeluruhsecara terpadu membuat tunanetra dapat memiliki konsep sesuatu pengetahuan dan keterampilan secara utuh

Dampak kondisi Tuna Netra
Secara kognitif:
  • Pengenalan/pengertian terhadap dunia luar tidak diperoleh secara lengkap dan utuh, shg perkembangan kognitif cenderung terhambat dibandingkan orang normal pada umumnya.
  • Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan atau kemampuan inteligensi, tetapi juga kemampuan indera penglihatan.

Secara Motorik,
  • Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi psikis tidak mendukung shg menjadi hambatan dalam perkembangan motorik.
  • Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak, kaku, lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka selalu berada di depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan
  • Segi intelegensi, anak-anak tunanetra hampir sama dengan anak normal pada umumnya,dimana ada anak yang cerdas, ada yang rata-rata dan ada yang rendah. Menurut Kirley (1975), berdasarkan tes intelegensi dengan menggunakan Hayes-Binet Scale ditemukan bahwa rentang IQ anak tunanetra berkisar antara 45- 160, dengan distribusi12,5% memiliki IQ kurang dari 80, kemudian 37,5% dengan IQ diatas 120 dan 50% dengan IQ antara 80-120.
  • Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami hambatan dibandingkan dengan anak yang normal.
  • Keterlambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak, akan melakukan proses belajar untuk mencoba menyatakan emosinya, hal ini tetap dirasakan tidak efisien karena mereka tidak dapat melakukan pengamatan terhadap reaksi lingkungan secara tepat. Akibatnya pola emosi yang ditampilkan mungkin berbeda atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh diri sendiri maupun lingkungannya
  • Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih banyak hambatan.
  • Hal tersebut muncul sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya.
  • Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasaan-perasaan rendah diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang seringkali tidak menguntungkan seperti penolakan, penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk belajar tentang pola-pola tingkah laku yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya amenjadi terhambat.
  • Jadi, perkembangan sosial dari penderita tunanetra sangat tergantung pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga terhadap penderita tunanetra itu sendiri

Kebutuhan Tuna Netra
Kebutuhan sebagai manusia tidak berbeda dengan kebutuhan manusia pada umumnya. Pada dasarnya setiap prilaku manusia tertuju pada motif pemenuhan kebutuhan, yang berarti kebutuhan mempengaruhi prilaku manusia.

Menurut teori Maslow tentang motivasi atau perilaku yang dipengaruhi kebutuhan digambarkan seperti piramida yang tersusun dari lima tingkat dan setiap tingkatnya mengandung satu unsur kebutuhan.

1. Kebutuhan fisiologis
Kepuasan dari haus, lapar dan sex. Kepuasan Fisiologis ini harus terpenuhi lebih dulu apabila menginginkan kebutuhan berikutnya terpenuhi.

2. Kebutuhan akan rasa aman
Bagi tunanetra perasaan aman sulit diperoleh. Kerusakan penglihatan menyebabkan gangguan di dalam menerima informasi lewat mata, sedangkan indera lainnya kurang memberikan kejelasan. Akibat ketidakjelasan ini tunanetra selalu bertanya-tanya apa yang ada dihadapannya. Akibat ketidakpastian ini juga menyebabkan tunanetra selalu ada rasa curiga.

3. Kebutuhan akan kasih sayang
  • Rasa memiliki dan rasa kasih sayang itu akan ada pada seseorang apabila seseorang sudah merasakan kebutuhan fisiologisnya terpenuhi dan kebutuhan akan rasa amannya juga terpenuhi.
  • Kecenderungan rasa kasih sayang pada seseorang timbul apabila kehadiran seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan.
  • Kehadiran seorang tunanetra di tengah keluarga dan lingkungan pasti tidak diharapkan. Tidak ada orang tua yang mengharapkan kelahiran anaknya menderita tunanetra. Karena itu kehadirannya menimbulkan kekecewaan. Biasanya kekecewaan orang tua dan lingkungan dimunculkan dalam bentuk sikap tidak menyayangi dan tidak memiliki.
4. Kebutuhan akan penghargaan
  • Setiap manusia membutuhkan penghargaan atau rasa dihargai oleh lingkungan. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tapi juga berbentuk penghargaan phsikologis.
  • Seseorang akan dihargai apabila ia dapat berbuat sesuatu baik bagi dirinya maupun pada lingkungan, begitu juga penderita tuna netra.
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
  • Ketidaktergantungan pada pertolongan orang lain merupakan perwujudan dari kemampuan tunanetra dalam mengaktualisasikan dirinya ditengah-tengah lingkungannya.
  • Seorang tunanetra yang mampu mewujudkan dan merealisasikan aktualisasi dirinya, berarti ia telah memperoleh kebebasan. Kebebasan dan kemandirian inilah yang selalu didambakan oleh setiap orang termasuk tunanetra.

Kebutuhan Khusus Tuna Netra
1. Fisiologis:
Membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan dan evaluasi medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan gerak dan ekspresi tubuh.

2. Personal
  • Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, orang diluar dirinya tidak akan memahami tanpa ia mengalaminya
  • Efek psikologis dari personal adalah, banyak tergantung pada waktu terjadinya ketunanetraan dan kualitas serta karakteristik susunan kejiwaannya.
  • Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut antara lain adalah latihan Orientasi dan Mobilitas, minat untuk berinteraksi dengan lingkungan terutama dalam hal mengolah dan menerima informasi dari lingkungan, keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri. Pendidikan dan bimbingan penyuluhan juga merupakan kebutuhan personal secara khusus dan banyak lagi kebutuhan yang bersifat individual
3. Sosial
  • Apabila ketunanetraan terjadi dan muncul dalam suatu keluarga, maka susunan keluarga akan mengadakan perubahan dan penyesuaian baik secara total maupun sebagian
  • Baik buruknya pengaruh adanya seorang tunanetra di tengah keluarga tergantung pada menerima tidaknya semua anggota keluarga terhadap adanya kenyataan tersebut diatas.
  • Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena social, maka kebutuhan dari segi social adalah adanya hubungan yang baik antar personal (personal relationship), interaksi yang baik antar anggota keluarga, interaksi dan hubungan dengan teman-temannya, dan membutuhkan pula untuk ikut berpartisipasi dengan berbagai kegiatan dalam lingkungannya.

Kebutuhan Pengembangan Motorik Tuna Netra
Tuna Netra memiliki keterbatasan, yaitu:
  • Keterbatasan dalam lingkup keaneka ragaman pengalaman.
  • Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
  • Keterbatasan dalam mobilitas
  • Pengalaman yang diperoleh tuna netra sangat dibutuhkan untuk melakukan interaksi dengan lingkungan.
  • Interaksi dapat berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara tunanetra dengan lingkungannya.
  • Hubungan timbal balik akan aktif bila tunanetra memiliki sumber informasi didalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
  • Konsep sesuatu akan dikuasai anak menjadi suatu data yang benar sesuai dengan realitas bila strategi pengajaran menggunakan prinsip:

Alasan Tuna Netra membutuhkan latihan motorik
  1. Dalam perkembangan motorik, tunanetra mengikuti urutan perkembangan yang sama dengan orang pada umumnya akan tetapi ia mengalami keterlambatan dalam “motor miliestones” termasuk didalamnya mobilitas.
  2. Kehilangan penglihatan membuat stimulasi penglihatan berkurang dan tidak merangsang untuk bergerak dan bahkan membuat gerakan menjadi sulit.
  3. Banyak tunanetra yang datang dari keluarga yang terlalu melindungi sehingga tidak ada kesempatan untuk melakukan eksplorasi lingkungan menyebabkan keterampilan motoknya tidak terlatih.
  4. Ketunanetraan tidak memberikan kesempatan untuk membetulkan gerak, gaya jalan dan sikap tubuh karena ia tak bisa mencontoh orang sekitarnya. Penyimpangan sikap tubuh (posture) banya terjadi pada tunanetra.
  5. Tunanetra sebagai kelompok memiliki tingkat kesegaran jasmaninya jauh dibawah orang normal.
  6. Mata dengan fungsinya sebagai alat untuk melihat dapat berfungsi sebagai alat untuk menyeimbangkan tubuh, oleh karena itu tunanetra memiliki keseimbangan yang kurang baik.
  7. Tunanetra harus hidup dihabitatnya seperti orang awas lainnya dan ia harus bersaing dengan orang awas. Karena itu ia harus memiliki tubuh yang kuat dan sehat.

Sumber:
Materi Kuliah : Pengantar Keperawatan Anak
Dosen: Tina Shinta

Post a Comment

Previous Post Next Post