Asuhan Keperawatan Pada Klien Hiperpituitary

Anatomi Fisiology Kelenjar Pituitary

Anatomi Fisiology Kelenjar PituitaryAnatomi Fisiology Kelenjar Pituitary
Gambar: Anatomi Fisiology Kelenjar Pituitary / Sumber: Net

Review Anfis Kelenjar Hipofise
  • Kelenjar hipofise atau yang disebut juga dengan pituitari memiliki panjang < 1 cm, berat 500 mg.
  • Berada di sella tursica dari os. sphenoidale.
  • Terdiri dari : hipofise anterior (adenohipofise) dan hipofise posterior (neurohipofise)
  • Adenohipofise dihubungkan ke hipotalamus melalui sistem portal hipofise-hipotalamus.
  • Adenohipofise mengandung sel lactotroph (PRL), sel gonadotroph (FSH dan LH), sel somatotroph (GH), sel tyrotroph (TSH), sel corticotroph (ACTH)

HIPOFISIS POSTERIOR
  • Neurohipofise terbentuk dari sel glia (pituisit) dihubungkan ke hipotalamus dalam pengendaliannya melalui sistem saraf/impuls saraf (axon).
  • Hipofisa posterior menghasilkan hormon ADH dan Oksitoxyn/oksitoksin.
  • Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya.

Anti Diuretic Hormone (ADH)
  • Hormon antidiuretik (ADH) atau vasopresin merupakan produk utama hipofise posterior.
  • Berperan secara fisiologik terutama dalam pengaturan metabolisme air.  Hormon antidiuretik (ADH) diperlukan dalam jumlah sedikit yaitu 2 nanogram.
  • ADH/vasopresin berguna dalam mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi pada sel–sel ductus colligens ginjal

Fungsi Anti Diuretic Hormone (ADH)/Vasopresin) 
  1. Merangsang reabsorpsi air di tubulus ginjal
  2. Mengakibatkan kontraksi dari dinding arteriol sehingga mempersempit rongga pemubuluh darah dan meningkatkan tekanan darah
  3. ADH/Vasopresin juga mengontrol kadar air dalam tubuh.

Summary of the principal actions of anterior pituitary hormones

Summary of the principal actions of anterior pituitary hormones
Summary of the principal actions of anterior pituitary hormones / Sumber: Net

Hormon Hipofise

Hormon Hipofise
Hormon Hipofise / Sumber: Net


Penyakit Hipofise
  • Kondisi abnormalitas dari fungsi kelenjar hipofise adalah hipersekresi atau hiposekresi
  • Bila terjadi kerusakan pada seluruh lobus hipofise disebut dengan panhipopituitarisme (Simmond disease). Kondisi ini jarang terjadi.

Hiperfungsi Kelenjar Hipofisis
Hiperfungsi kelenjar hipofisis atau yang disebut dengan hiperpituitarisme adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisis sehingga mengakibatkan peningkatan sekresi salah satu hormon hipofisis atau lebih.

Jenis Tumor Kelenjar Hipofise
  • Tumor eosinofil, jika tumbuh secara dini dalam kehidupan seseorang, akan menimbulkan gigantisme. Jika kelainan ini dimulai pada masa dewasa akan menimbulkan akromegali.
  • Tumor basofil akan menyebabkan sindrom Chussing yang berkaitan dengan Hiperadrenalisme, termasuk maskulinisasi dan amenore pada wanita.
  • Tumor kromofob, yang merupakan 90% dari seluruh tumor hipofisis, biasanya tidak menghasilkan hormon tetapi menghancurkan sisa kelenjar hipofisis sehingga menyebabkan hipopitutarisme

Etiologi Hiperpituitarisme
Primer -> langsung pada hormon tropik / hipofise, contoh:
1. Peningkatan Growth Hormon,
2. Peningkatan prolaktin

Sekunder -> terjadi pada kelenjar target
Contoh :
1. Peningkatan ACTH,
2. Peningkatan TSH,
3. Peningkatan PTSH,

Akromegali
Akromegali / Sumber: .Net
1. Peningkatan Growth Hormon
A. Akromegali:
  • Akromegali adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran lingkar tulang, akibat telah menutupnya tulang epifise.
  • Biasanya terjadi setelah masa pubertas.
  • Manifestasi klinis : terjadi pembesaran ukuran pada tulang jari tangan, tulang kaki, tulang cranium, terjadi prognatisme, kesulitan mengunyah.



B. Gigantisme
Gigantisme
Gigantisme / Sumber: .Net
  • Gigantisme adalah suatu kondisi jika hipersekresi somatotropin terjadi sebelum penutupan epifisis tulang, terjadi pada anak-anak, sebelum atau sewaktu pubertas.
  • Gejala : Penderita menjadi sangat panjang Pada pria alat genital juga menjadi lebih besar tetapi sama dengan penderita akromegali.
  • Fungsi genital mereka kurang baik Penderita mempunyai predisposisi terhadap DM

2. Peningkatan Prolaktin
Hiperproktinemia
  • Hiperprolaktinemia pada wanita menyebabkan hipogonachisme galaktorea, kelainan menstruasi.
  • Makin tinggi hiperprolaktinemia, maka semakin besar kemungkinan adanya amenorea.
  • Pada pria, hiperprolaktinemia dapat mengakibatkan impotensi dan kemandulan (infertility).
Syndroma Galaktorhoe - Amenorhoe
  • Galaktorhoe adalah suatu keadaan dimana ejeksi ASI terjadi secara terus menerus diluar kehamilan atau laktasi
  • Amenorhoe adalah suatu keadaan tidak mengalami adanya menstruasi
  • Syndroma galaktorhoe dan amenorhoe terjadi karena peningkatan sekresi hormon prolaktin
  • Secara normal, sekresi prolaktin menghambat sekresi gonadotropin. Sekresi prolaktin normal 2–2,5 mg/ml
  • Peningkatan prolaktin mengakibatkan penurunan GnRH sehingga terjadi penurunan FSH dan LH, menghambat pematangan sel telur (oogenesis), akibatnya terjadi Amenorhoe

Terapi
  • Kausal: Radiasi dan Operasi
  • Medika mentosa: Bromocriptin, dosis antara 2,5-10 mgr per hari (boleh sampai 20 mgr/hari) dengan efek samping berupa nausea, vomitus dll
  • Estrogen dalam kombinasi dengan steroid anabolic Octreotide. Suatu long acting somatostatin analog, diberi per injeksi

Pengkajian
  • Riwayat penyakit ;
  • Kaji usia, JK dan riwayat penyakit sama dengan keluarga.
  • Manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantung hormon mana yang disekresikan berlebihan.
Keluhan utama:
  • Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ tubuh seperti jari, tangan dsb.
  • Perubahan tingkat energi
  • Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
  • Dispaneuria dan pada pria disertai impotensi
  • Gangguan penglihatan
  • Kesulitan dalam hub seksual
  • Perubahan siklus mens
  • Libido menurun

Pemeriksaan fisik
  • Amati bentuk wajah
  • Kardiomegali
  • Pembesaran pada tangan/lengan
  • Adanya kesulitan menelan
  • Penurunan penglihatan
  • Nyeri dan perubahan pada sendi
  • Suara membesar
  • Hipertensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan citra tubuh b.d perubahan penampian fisik
Intervensi :
  • Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.
  • Gali faktor positif yanf dimiliki klien
  • Tunjukkan sikap menerima perbedaan yang terjadi

Disfungsi seksual b.d penurunan libido, infertilitas.
Intervensi :
  • Diskusikan bersama pasangan tentang kekurangan yang terjadi
  • Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

Tujuan Tindakan Keperawatan
  • Klien memiliki kembali citra tubuh yang diharapkan
  • Klien dapat berfartisipasi aktif dalam program pengobatan
  • Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
  • Klien bebas dari rasa cemas
  • Klien terhindar dari komplikasiTindakan keperawatan
  • Secara umum kolaborasi dengn dokter

Tindakan Pembedahan
  • HIPOFISEKTOMI adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan.
  • Prosedur operasi tersebut mencakup tindakan transpenoidal hipofisektomi dengan narkose.
  • Insisi pada lapisan dalam bibir atas dan masuk ke sella tursika melalui sinus spenoidalis. Yang kedua adalah transfrontal kraniotomi yaitu dengan membuka rongga kraniotomi yaitu dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal. kranium melalui tulang frontal.

Perawatan Preoperasi :
  • Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.
  • Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi.
  • Anjurkan klien bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon.
  • Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, sehingga kien dilarang menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka.
  • Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Perawatan Pascaoperasi :
  • Amati dan catat respon neurologik klien seperti
  • perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas.
  • Amati pula komplikasi pascaoperasi yang sering terjadi seperti diabetes insipidus.
  • Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung.
  • Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.
  • Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.
  • Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan oral hygiene secara teratur.
  • Kaji tanda-tanda infeksi.
  • Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.

Baca Juga:
Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipopituitari.

Sumber:
Materi Kuliah : Sistim Endokrin
Dosen : Tina Shinta

Post a Comment

Previous Post Next Post