Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan SIADH (Syndrome of Inapropiate Secretion of Anti Diuretic Hormon)
Tinjauan Teori
Pengertian
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
Penatalaksanaan SIADH
Edukasi Pasien
Komplikasi
Pengkajian
Identitas pasien
Meliputi nama, umur, pekerjaan, dan alamat.
Riwayat penyakit dahulu.
Ada tidaknya penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta riwayat radiasi pada kepala.
Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas mengenai gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan keluhan kejang.
Riwayat penyakit keluarga.
Riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit keturunan.
Pengkajian Fisik:
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan Untuk Diagnosa Keperawatan 1
Baca Selanjutnya:
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diabetes Insipidus
Sumber:
Materi Kuliah : Sistim Endokrin
Dosen : Tina Shinta
Tinjauan Teori
Pengertian
- Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Scretion (SIADH) adalah Sindrom sekresi hormone antidiuretik yang tidak sesuai, mengacu pada dikeluarkannya ADH yang berlebihan dari kelenjar hipofisis terhadap osmolalitas serum sehingga menjadi subnormal (Smeltzer:2001).
- SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon) adalah suatu kondisi terganggunya hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior (Corwin, 2001).
- Karakteristik dari sindrom ini adalah terjadinya hiponatremia sebagai akibat dari retensi air yang disebabkan oleh pelepasan ADH (Antidiuretik Hormone) secara terus menerus (Haznam, 2001).
Etiologi
- Vasopressin (ADH) yang berlebihan.
- Peningkatan tekanan intracranial akibat proses infeksi maupun trauma pada otak.
- Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan ocytocin)
- Tumor pituitary
- Cidera Kepala
Patofisiologi
- Manifestasi klinis dari SIADH adalah peningkatan pelepasan vasopresin/ADH dari hipofisis posterior tanpa adanya rangsangan normal untuk mengeluarkan ADH. Pengeluaran ADH yang terus menerus menyebabkan retensi air pada daerah tubulus ginjal dan duktus koligentes., sehingga mengakibatkan volume cairan ekstra seluler meningkat dengan hiponatremi.
- Pada kondisi normal ADH mengatur osmolalitas plasma, bila osmolalitas menurun maka pada mekanisme umpan balik menyebabkan inhibisi ADH. Kondisi ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolalitas plasma menjadi normal.
Manifestasi Klinis
- Hiponatremi
- Disorientasi
- Kesadaran menurun/letargi sensitive koma.
- Takhipnea.
- Kelemahan
- Peningkatan BB
- Sakit kepala
- Kekacauan mental dan Kejang.
- Penurunan keluaran urine
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
- Osmolalitas serum menurun,
- Hiponatremia,
- Hipokalemia,
- Natrium urin menurun.
- Hematokrit: tergantung pada kondisi keseimbangan cairan.
Penatalaksanaan SIADH
- Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyakit yang mengakibatkan kondisi SIADH, Contoh bila berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang diberikan ditujukan untuk mengatasi tumor tersebut.
- Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pada kasus yang berat, pemberian cairan hipertonik Diberi infus natrium hipertonis 3% dan diuretik.
- Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan pengeluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan emosional.
Edukasi Pasien
- Pentingnya melakukan pembatasan cairan
- Menganjurkan klien untuk diit dengan meningkatkan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara kontinyu.
- Timbang berat badan sebagai indicator dehidrasi.
- Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
- Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
- Pada kasus ringan, dilakukan dengan mengontrol gejala sehingga membaik. Pada kondisi lebih parah,maka berikan diuretik dan cairan natrium klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
- Apabila peningkatan ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Komplikasi
- Overload cairan dengan tipe hipotonik
- Penurunan Osmolaritas (plasma)
- Hipokalemia
- Hipomagnesemia
- Gejala-gejala neurologis, seperti nyeri kepala, kejang otot , sampai dengan koma.
- Hipourikemia
Pengkajian
Identitas pasien
Meliputi nama, umur, pekerjaan, dan alamat.
Riwayat penyakit dahulu.
Ada tidaknya penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta riwayat radiasi pada kepala.
Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas mengenai gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan keluhan kejang.
Riwayat penyakit keluarga.
Riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit keturunan.
Pengkajian Fisik:
- Inspeksi: Vena jugularis penuh.
- Perkusi: Penurunan refleks tendon dalam.
- Auskultasi: Kardiovaskuler : Takikardia.
Diagnosa Keperawatan
- Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.
- Retensi urine berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebih.
- Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na
Rencana Keperawatan Untuk Diagnosa Keperawatan 1
- Pantau masukan dan haluaran cairan dan tanda tanda kelebihan cairan setiap 1 – 2 jam.
- Catat Berat badan, bandingkan dengan pemasukan pengeluaran
- Evaluasi terjadinya takipnea, dispnea, peningkatan upaya pernapasan dan beritahu dokter.
- Kaji sakit kepala, kram otot, kacau mental, disorientasi
- Pantau elektrolit atau osmolalitas serum resiko gangguan signifikan bila serum Na kurang dari 135 mEq/L
- Batasi masukan cairan.
- Monitor TTV
- Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan.
- kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
- Observasi dan catat masukan makanan pasien.
- Timbang berat badan setiap hari.
- Buat pilihan menu yang ada dan ijinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
- Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.
- Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi apabila dianjurkan.
- Pantau hasil pemeriksaan Lab. Misal: Hb/Ht, BUN, Albumin, Protein dan elektrolit serum
- Konsul pada ahli gizi
- Kolaborasi, Berikan cairan IV
- Kaji dengan mengidentifikasi dan penanganan penyebab yang mendasari.
- Batasi masukan cairan.
- Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan apabila tiba-tiba dirasakan.
- Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih, perhatikan penurunan haluaran urine dan perubahan berat jenisnya
- Observasi aliran urin, perhatikan karekteristiknya.
- Pemberian lasix atau furosemid untuk memudahkan pengeluaran cairan.
- Kaji keadaan umum pasien.
- Pantau tentang kebingungan, dan catat tingkat anxietas pasien.
- Batasi aktivitas pasien dalam batas-batas wajar untuk mengumpulkan energi.
- Monitor TTV
- Kurangi kritik yang negatif.
- Ajarkan untuk melakukan teknik relaksasi.
- Pertahankan harapan realitas dari kemampuan pasien untuk mengontrol tingkah lakunya sendiri, memahami, dan mengingat informasiKaji keadaan umum pasien.
Baca Selanjutnya:
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diabetes Insipidus
Sumber:
Materi Kuliah : Sistim Endokrin
Dosen : Tina Shinta
Post a Comment