Atresia Ani

Askep Pada Anak: Atresia Ani

Pendahuluan
  • Kata “atresia” berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi.
  • Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubuler secara kongenital disebut juga clausura.
  • Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya atau buntutnya saluran atau rongga tubuh. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu.

Pengertian
  • Atresia ani yaitu yaitu tidak ada lubang pada dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu Anus imperforata.
  • Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Whalley,2010).
  • Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi, 2010).
  • Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan

Etiologi
  • Etiologi secara pasti belum diketahui.
Sumber lain mengatakan:
  • Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
  • Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan pertama
  • Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke empat sampai keenam usia kehamilan.

Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti :
  • Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung, trachea, esofagus, ginjal dan kelenjar limfe).
  • Kelainan sistem pencernaan.
  • Kelainan sistem pekemihan.
  • Kelainan tulang belakang

Klasifikasi
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforate dibagi 4 golongan, yaitu :
  • Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
  • Membran anus yang menutup
  • Anus imperforate dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
  • Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
  • Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini biasanya terjadi pada bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
  • Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan keluar tinja.Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. 

Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.

Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.

Patofisiologi
  • Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal.
  • Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal.
  • Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstrksi

Pemeriksaan Diagnostik
  • Pemeriksaan radiologis: Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal dan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel serta untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya. 
  • USG abdomen: Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor. 
  • CT Scan: Digunakan untuk menentukan lesi.
  • Pyelografi intra vena: Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
  • Pemeriksaan fisik rectum: Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari. 
  • Rontgenogram abdomen dan pelvis: Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.

Manifestasi Klinis
  • Kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi,2001).
  • Gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996).
  • Bayi muntah–muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium. 

Tanda dan gejala (Sumber Lain)
  • Mekonium tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
  • Tinja keluar dari vagina atau uretra
  • Perut menggembung
  • Muntah
  • Tidak bisa buang air besar
  • Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula
  • Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa.

Komplikasi
  • Pada lesi letak tinggi, banyak anak mempunyai masalah pengontrolan fungsi usus dan juga paling banyak menjadi konstipasi.
  • Pada lesi letak rendah anak pada umumnya mempunyai control usus yang baik, tetapi masih dapat menjadi konstipasi.
  • Komplikasi operasi yang buruk berkesempatan menjadi kontinensia primer, walaupun akibat ini sulut diukur. Reoperasi penting untuk mengurangi terjadionya kontinensia.

Pencegahan
Kepada ibu hamil untuk berhati-hati hingga kandungan menginjak usia tiga bulan terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani.

Penatalaksanaan
  • Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
  • Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.
  • Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.
  • Colostomi sementara

Sumber:
Materi Kuliah : Ilmu Keperawatan Anak
Dosen : Tina Shinta

Post a Comment

Previous Post Next Post