Atresia Esofagus

Askep Pada Anak dengan Atresia Esofagus

Pengertian
  • Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang mengakibatkan gangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trakea (Whaley & Wong, 2010). Terlihat keadaan pada bagian proksimal dan distal esophagus tidak berhubungan.
  • Atresia esofagus adalah malformasi yang disebabkan kegagalan esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu dimana esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakea  (fistula trakeoesopagus).

Gambaran Umum Atresia Esofagus

Gambaran Umum Atresia Esofagus
Gambaran Umum Atresia Esofagus (Sumber Foto: Net / Google Image)

  • Atresia esophagus adalah kegagalan esofagus untuk membentuk  saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan embrionik.
  • Pengertian lain apabila sebuah segmen esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya (congenital)  dan tetap sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran
  • Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus .
  • Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung congenital.
  • Athresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal esophagus yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind pouch), atau lumen berkurang tidak memadai yang mencegah perjalanan makanan / sekresi dari faring ke perut.
  • Atresia berarti tidak ada jalan atau buntu.
  • Atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula)

Insiden
Atresia esofagus terjadi pada sekitar 1 dari 4.425 kelahiran hidup.

Secara embriologis anomali ini terjadi akibat :
  • Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri masing-masing untuk menjadi esofagus dan trachea.
  • Perkembangan sel entodermal yang tidak lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia.
  • Perlekatan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trecheoesofagus.
Faktor genetik tidak berperan dalam patogenesis kelainan ini.

Etiologi
Tidak diketahui apa yang menyebabkan esofagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi/masa embrio pada minggu keempat dan kelima.

Tipe Atresia Esofagus
Tipe A
Kantong buntu di setiap ujung asofagus, terpisah jauh dan tanpa hubungan ke trakea.

Tipe B
Kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus bagian atas. Kondisi ini jarang terjadi.

Tipe C
Segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal dihubungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.

Tipe D
Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan  ke trakea. Kondisi ini jarang terjadi.

Tipe E
Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum. Kondisi ini jarang bila dibandingkan dengan tipe A dan C.

Tipe Atresia Esofagus
Sumber Foto: net

Tipe Atresia Esofagus
Sumber Foto: net

Manifestasi Klinis
  • Ditemukan riwayat polihydramnion pada ibu.
  • Kateter yang dipakai untuk resusitasi tidak dapat masuk ke lambung.
  • Bayi tersedak, batuk atau sianotik pada saat diberi minum.
  • Biasanya terjadi pada bayi kurang bulan
  • Gangguan Proses Menelan saat lahir
  • Terjadi gangguan pernapasan akibat makanan teraspirasi.
  • Air liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbui.
  • Pada fistula trakea esophagus, cairan lambung masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
  • Pemberian minum dapat menyebabkan batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis.
  • Jika terdapat fistula trekoesofagus perut bayi tampak membuncit karena terisi udara.
  • Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7.5 – 10 cm dari bibir, kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu: dan jika kateter didorong terus akan melingkar – lingkar di dalam esophagus yang buntu tersebut.
  • Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio-opak atau larutan kontras liopodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.

Bayi Dengan Atresia Esofagus
Bayi Dengan Atresia Esofagus (Foto: net / Google Image)

Diagnosis
  • Dalam pemeriksaan USG pada usia kehamilan sekitar 26 minggu ditemukan polyhidramnion tetapi pembesaran perut ibu tidak sesuai dengan umur kehamilan (lebih kecil).
  • Terdapatnya kesulitan memasukkan kateter ke dalam lambung, biasanya kateter akan terhenti pada jarak 10-11 cm dari gusi atas, (ukuran 8-10 French).
  • Foto polos thorax memperlihatkan gambaran khas esophagus berdilatasi karena terisi udara, terlihatnya udara dalam lambung atau usus menandakan adanya fistula antara trachea dan esophagus bagian distal.
  • USG menunjukkan TEF in utero pada beberapa bayi.
  • EKG dan echokardiogram dapat dilakukan karena korelasi tinggi  pada anomaly jantung.

Komplikasi
  • Pneunomia aspirasi yang disebabkan karena usaha makan.
  • Atelaktasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
  • Dismotilitas esophagus, terjadi karena kelemahan dinding otot esophagus
  • Gastrosophagus refluks atau asam lambung naik
  • Fistula tracheosophagus berulang
  • Disfagia atau kesulitan menelan

Komplikasi Pasca Operasi
  • Kebocoran pada sisi anastomis
  • Fistula kambuhan
  • Sirkulasi esophagus
  • Repluks gastroesopagus dan esopagitis
  • Trakeomalaisia
  • Masalah makan dengan anak yang lebih besar

Penatalaksanaan
  • Pada anak segera dipasang kateter ke dalam esophagus dan bila mungkin dilakukan penghisapan terus menerus untuk mencegah terjadinya aspirasi.
  • Posisi anak tidur tergantung pada ada tidaknya fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula trakeoesofaus ditidurkan setengah duduk, anak tanpa fistula diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi trendeleburg)
  • Bayi dirawat dalam inkubator untuk mencegah terjadinya hipotermia agar mendapatkan lingkungan yang cukup hangat.
  • Pemberian antibiotik pada kasus dengan resiko infeksi
  • Anak dipersiapkan untuk operasi segera
  • Apakah dapat dilakukan penutupan fistula dengan segera atau hanya dilakukan gastrotomi tergantung dari jenis kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu
  • Kadang-kadang keadaan bayi memerlukan dilakukannya tindakan bedah dalam 2 tahap,tahap pertama berupa pengikatan fistula serta pemasangan pipa gastrostomi untuk pemberian makanan,tahap kedua berupa tindakan anastomosis kedua ujung esophagus

Proses Keperawatan

Pengkajian
  • Saliva berlebihan, tersedak, sianosis, apnea
  • Sekresi berlebihan, mengalirkan liur konstan, sekresi hidung banyak.
  • Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.
  • Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantong buntu.
  • Distensi abdominal.
  • Setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi batuk dan tersedak saat cairan kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.
  • Bayi sering lahir dalam keadaan premetur dan kehamilan mungkin terkomplikasi oleh hydra amniaon (cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).

Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan atresia esofagus
a) Bersihan jalan napas tidak epektif.
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
c) Kesulitan menelan.
d) Aspirasi

Intervensi
Pengobatan segera terdiri dari
  • Penyokongan bayi pada sudut 30 derajat untuk mencegah refluks isi lambung :
  • Pengisapan kantong esophagus atas dengan drainase penampung;
  • Gastrostomi untuk mendekompresi lambung dan mencegah aspirasi (selanjutnya digunakan untuk pemberian makan)
  • Puasa, cairan diberikan IV.
  • Pengobatan secara tepat terhadap proses patologis penyerta,seperti pneumonitis atau gagal jantung kongestif.
  • Terapi pendukung meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan IV,antibiotic, dukungan pernapasan, dan mempertahankan lingkungan netral secara termal.

Intervensi Pembedahan
  • Perbaikan primer segera: pembagian fistula diikuti oleh anastomisis esofagus segmen proksimal dan distal bila berat  bayi lebih dari 2000g dan tanpa pneumonia.
  • Perbaikan primer lanjut: untuk menstabilkan bayi dan mencegah penyimpangan bila bayi tidak dapat mentoleransi pembedahan dengan segera.
  • Esofagomiotomi servikal (lubang buatan pada leher yang memungkinkan drainase esofagus bagian atas) dapat dilakukan bila ujung esofagus terpisah terlau jauh: pengggantian esophagus dengan segmen usus pada usia 18 sampai 24 bulan.

Intervensi
  • Pada praoperasi waspada terhadap indikasi gawat napas: retraksi, sianosis, gelisah, pernapasan cuping hidung, peningkatan frekuensi pernapasan dan jantung.
  • Pantau tanda –tanda vital dengan sering terhadap perubahan pada tekanan darah dan nadi, yang dapat mengindikasikan dehidrasi atau kelebihan beban volume cairan.
  • Pastikan bahwa selang indwelling tetap paten, diganti sesuai kebutuhan, sedikitnya sekali setiap 12 sampai 24 jam lubang hidung yang digunakan harus bergantian.
  • Cegah nekrosis lubang hidung dari tekanan oleh kateter
  • Isap mulut untuk mempertahankan bebas sekresi dan mencegah aspirasi.
  • Bila gastrotomi dilakukan sebelum pembedahan definitive, pertahankan  selang yang mengalir sesuai gravitasi, dan jangan mengirigasi sebelum pembedahan.
  • Tempatkan bayi dalam isolette atau dibawah penghangat radian dengan humiditas tinggi.
  • Bantu dalam mengencerkan sekresi dan mucus yang kental.
  • Pertahkan suhu bayi dalam zona termoneutral dan isolasi lingkungan untuk mengcegah infeksi.

Evaluasi
  • Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah  dilakukan, berdasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan.
  • Apabila terdapat masalah–masalah klien yang belum teratasi, perawat hendaknya mengkaji kembali hal–hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali melakukan intrvensi keperawatan.
  • Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan pengawasan dan  pengontrolan yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya serangan.

Daftar Pustaka
  1. Marmi,S dan Kukuh Rahardjo.2012.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita,dan Anak Prasekolah.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
  2. A.H.Markum,dkk.1991.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Gaya Baru
  3. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.1985.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Infomedika
  4. Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku kedokteran. EGC,1997. Jakarta
  5. Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran,  EGC, 1997, Jakarta
  6. Donna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2010.Jakarta.
  7. Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas  Aerlangga, Edisi 4 ,EGC, 1995, Jakarta
  8. Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran. EGC.2010. Jakata

Sumber:
Materi Kuliah : Ilmu Keperawatan Anak
Dosen : Tina Shinta

Post a Comment

Previous Post Next Post