Definisi: Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih sendiri/infeksi ekstrarenal yang berakibat pada ginjal.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Anak

Etiologi: pada umumnya disebabkan oleh golongan Enterobacteriaceae yang berasal dari daerah perineum atau traktus intestinal. E. Coli merupakan penyebab 70-80% pada ISK yang biasa (simpleks). Kuman lain yang juga sering ditemukan ialah Klebsiella, Proteus, Enterobacter, Pseudomonas, Streptococcus, dan golongan Staphylococcus.

Insiden: Usia 0-3 bulan lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki.
Usia 3 bulan-1 tahun insiden pada laki-laki dan perempuan sama banyak.
Tetapi setelah usia sekolah jumlah pasien wanita 3-4xlebih banyak daripada anak laki-laki. Insiden bakteriuria asimtomatik pada usia sekolah sebesar 0,03% pada pria dan 1,1% pada wanita. Insiden bakteriuria simtomatis ditemukan sebesar 31,1%.

Pemeriksaan Diagnostik:
1. Biakan Urin
Dengan cara (a) urin pancaran tengah/midstream urine, (b) kateterisasi kandung kemih dan (c) punksi kandung kemih/supra pubic puncture. Sebelum dilakukan pengambilan urin perlu dilakukan tindakan asepsis. Pada punksi kandung kemih, daerah supra pubik dibersihkan dengan air sabun kemudian anak disuruh menahan kencing selama kira-kira 1 jam. Dengan cara a dan b biakan urin dianggap positif atau bermakna bila didapatkan jumlah kuman 100.000 atau lebih permilimeter kubik urin. Jumlah kuman antara 10.000-100.000 per ml urin dianggap meragukan dan perlu diulang. Bila jumlah kurang dari 10.000 per ml urin maka hasil dianggap sebagai kontaminasi. Hasil biakan urin dengan cara punksi kandung kemih dianggap positif atau bermakna bila ditemukan 200 kuman atau lebih permilimeter urin. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah waktu antara pengiriman bahan dan penanaman dalam media biakan. Bila urin dibiarkan lama dalam suhu kamar selama ½ jam atau lebih maka kuman akan cepat membiak sehingga akan memberikan hasil positif yang palsu. Bila urin tidak segera dikirim ke laboratorium supaya disimpan dalam suhu 40C, dengan cara ini dapat disimpan selama 24-48 jam tanpa mengubah jumlah kuman yang akan ditemukan. Cara lain yang lebih mudah dan sederhana untuk mendeteksi bakteriuria ialah dengan pemeriksaan bakteriologis semikuantitatif, mis dengan microstic kedalam urin yang ditampung seperti pada biakan konvensional, kemudian diinkubasi selama 24 jam.

2. Pemeriksaan urin lengkap
Sedimen urin ditemukan piuria (nanah pada urin) pada 50% kasus. Tidak ada korelasi yang pasti antara piuria dan bakteriuria, tetapi pada setiap kasus piuria harus dicurigai kemungkinan adanya ISK.

3. Radiologis BNO-IVP
Pemeriksaan yang penting adalah Pielografi Intravena (IVP/PIV) dan miksio-sisto-ureterografi (MCU). Dapat untuk melihat besarnya kedua ginjal, adanya gambaran yang asimetris antara kedua ginjal karena perbedaan ukuran dan bentuknya, kalises yang tumpul dan atau melebar atau terbentuknya jaringan perut. Juga dapat ditemukan tanda-tanda kelainan kongenital maupun kelainan obstruktif atau kelainan anatomis. Perlu juga dilakukan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah atau akan lebih teliti diperiksa klirens, ureum dan kreatinin untuk mengetahui derajat fungsi ginjal.

Patogenesis:
Terjadinya ISK pada anak dapat melalui beberapa cara. Pada bayi terutama neonatus biasanya bersifat hematogen sebagai akibat terjadinya sepsis. Pada anak yang lebih besar, infeksi biasanya berasal dari daerah perineum yang kemudian menjalar secara asendens sampai ke kandung kemih, ureter atau ke parenkim ginjal. Adanya kelainan kongenital traktus urinarius terutama yang bersifat obstruktif atau refluks merupakan faktor predisposisi ISK. Faktor predisposisi lainnya seperti batu saluran kemih, pemasangan kateter kandung kemih, stasis urin karena obstipasi dan tumor, dsbnya.

Prognosis:
ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar pasien dengan kelainan anatomis umumnya kurang memuaskan meskipun telah diobati secara adekuat dan koreksi bedah yang biasanya terjadi pada pasien dengan nefropati refluks. Deteksi adanya kelainan anatomis, pengobatan yang adekuat serta segera pada fase akut, juga kerjasama antara para dokter ahli serta orang tua sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah pada fase terminal.

Gambaran Klinik:
ISK dapat berlangsung dengan gejala (simtomatis) atau tanpa gejala (asimtomatis). Pada yang simtomatis, makin muda usia anak gejala klinik makin tidak khas. Pada bayi baru lahir gejala yang ditemukan dapat berupa panas yang tidak jelas penyebabnya, nafsu makan kurang, gangguan pertumbuhan, kadang-kadang diare atau kencing yang sangat berbau.

Pada usia prasekolah gejala klinik dapat berupa muntah, sakit perut, demam, sering kencing dan ngompol. Pada usia sekolah, gejala spesifik makin nyata dengan ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau sakit pinggang. Pada infeksi kronik atau kambuh berulang dapat terjadi tanda-tanda gagal ginjal menahun serta hipertensi dan gangguan pertumbuhan. Infeksi yang asimtomatis pada umumnya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin.
ISK bagian atas dan bawah

ISK atas (ureter, pielum dan ginjal).--> dianggap lebih berat karena dapat merusak ginjal. Penurunan fungsi ginjal, hipertensi, azotemia (ureum yang meningkat) dan terdapatnya parut ginjal pada pemeriksaan radiologis menjurus pada ISK bagian atas. Pemeriksaan fisis dengan adanya gejala demam, sakit pinggang, serta terdapatnya silinder dan leukosit dalam urin, laju endap darah yang meninggi dan peninggian kadar protein C reaktif.

ISK bawah (kandung kemih dan uretra): ISK bagian bawah biasanya lebih ringan; umumnya tanpa demam hanya ditandai dengan gejala lokal seperti disuria, polakisuria atau bila kencing mengedan. Pada pemeriksaan sedimen urin sering ditemukan leukosit yang berkelompok.

Penatalaksanaan, Medik
A. Pengobatan Umum: obati demam, muntah, dehidrasi dll. Anak dianjurkan untuk banyak minum air putih dan tidak menahan buang air kecil. Memperhatikan keversihan perineum. Disamping itu perlu juga mencari dan mengurangi atau menghilangkan faktor pedisposisi seperti obstipasi, alergi, dan infeksi cacing.

B. Pengobatan Khusus: penanggulangan ISK: pengobatan terhadap infeksi, pengobatan dan pencegahan infeksi berulang dan mendeteksi dan melakukan koreksi bedah terhadap kelainan anatomis, kongenital maupun yang didapat pada traktus urinarius. Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang. (1) Pengobatan infeksi akut, (2) Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang, (3) Koreksi Bedah

Keperawatan:
• Gangguan rasa nyaman
• Risiko terjadinya komplikasi
• Kurangnya kebersihan genitalia pada bayi/anak kecil

Sumber: Matakuliah Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan
Dosen: Tina Shinta P

Post a Comment

Previous Post Next Post