Perubahan
Robert E. Quinn pernah menyatakan bahwa "One key to successful leadership is continuous personal change. Personal change is a reflection of our inner growth and empowerment" bila diterjemahkan dengan bebas maka dapat diartikan sebagai "Kunci agar kepemimpinan seseorang berhasil adalah perubahan personal yang terus menerus, karena perubahan personal adalah pencerminan dari pertumbuhan batiniah".
Seorang filsuf Yunani kuno yang terkenal bernama Heraklitos (c.535-c. 475 BC) pernah mengungkapkan suatu ungkapan yang terkenal "panta rei' yang artinya bahwa segala sesuatu itu mengalir. Kita tidak pernah menginjak sungai yang sama, karena air sungai yang mengalir menjadikan sungai tersebut tidak sama dari waktu ke waktu. Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa semua realitas mengalami perubahan, tidak ada yang tidak mengalami perubahan, sehingga yang tidak mengalami perubahan adalah perubahan itu sendiri. Ungkapan Heraklitos tersebut ada benarnya, sehingga kita harus mengakui bahwa perubahan merupakan realita yang kita harus hadapi bersama. Sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau, kita semua pasti mengalami perubahan. Apakah itu suatu negara, suatu lembaga, suatu keluarga bahkan satu pribadi manusia harus mengalami perubahan. Semua hal di atas dapat disimpulkan bahwa dalam skala apapun suatu keberadaan pasti mengalami perubahan.
1. Perubahan sebagai suatu keniscayaan
Perubahan merupakan sesuatu yang tidak dapat kita hindari, sehingga harus kita terima sebagai kodrat alam yang sudah jatuh dalam dosa. Perubahan tersebut merupakan keniscayaan bagi dunia ciptaan atau dunia fisik. Natur metafisik yang demikian menjadi alasan bagi paham filsafat. Proses yang mengatakan semua realitas pasti mengalami perubahan, yaitu proses yang progresif. Kita tidak menganut pandangan ini, karena Allah sebagai "Sang Pencipta" eksis di luar perubahan yang terjadi dalam dunia ciptaan, namun bagi realitas ciptaan perubahan dan proses pasti tidak terhindarkan terjadi. Adanya perubahan yang niscaya inilah membuat manusia dan dunia ciptaan bersifat tidak abadi, hal ini dibuktikan bagaimana hidup jasmani manusia mengalami perubahan demi perubahan secara terus menerus. Contoh yang paling jelas adalah manusia mengalami prtumbuhan dan penuaan jasmani. Semua orang cepat atau lambat pasti mengalami perubahan ini, meskipun hampir semua orang tidak menghendaki ini terjadi dalam hidupnya, tetapi hal ini tidak dapat terhindarkan bahkan tidak bisa kita tolak.
2. Perubahan sebagai pilihan
Perubahan seperti ini dapat juga disebut sebagai perubahan kontingen, karena perubahan demikian bisa terjadi atau tidak terjadi, tergantung pilihan dan kehendak serta tanggung jawab masing-masing individu. Perubahan bersifat menentang perubahan natural yang cenderung bersifat memburuk atau destruktif. Hanya aspek batiniah atau rohaniah dalam diri manusia yang menolak kecenderungan pada arah yang memburuk dan destruktif. Secara natural, dalam kondisi manusia yang sudah jatuh dalam dosa, aspek batiniah manusia juga semakin mengalami perubahan yang memburuk, namun dalam anugerah Allah maka anak-anak Allah dapat mengarahkan perubahan itu pada arah membaik dan konstruktif. Perubahan tersebut harus menjadi kesadaran dan komitmen semua pribadi yang diselamatkan. Perubahan adalah suatu pilihan dan tanggung jawab masing-masing individu, sehingga menjadi pergelutan semua orang yang memahami mengenai apa yang baik da lebih baik. Perubahan yang demikian bukan saja menjadi pergelutan dan tuntutan dalam aspek rohaniahhidup orang percaya, karena sesungguhnya mencakup semua realitas hidup kita, oleh sebab itu pengertian perubahan sebagai pilihan dapat kita bedakan dalam beberapa pengertian yang khusus, seperti:
a. Perubahan individual dan komunal/lingkungan
Perubahan dalam pemahaman demikian merupakan keluasan yang terjadi dalam perubahan itu. Sebagai seorang pemimpin, kita dituntut untuk mengalami perubahan individual tetapi juga perubahan komunal atau perubahan yang berdampak bagi lingkungan sekitar kita. Dalam kondisi seperti ini kita harus mampu menjadi agen perubahan dalam komunitas atau lingkungan kita. Kita perlu menyadari bahwa perubahan komunal atau lingkungan hanya bisa terjadi bila kita sendiri mengalami perubahan. Kita tidak mampu menuntut perubahan pada lingkungan, negara atau bahkan keluarga bila kita sendiri tidak mengalami perubahan. Leo Tolstoy menyatakan bahwa sangat ironi bula setiap orang memikirkan perubahan dunia, namun tidak ada orang yang memikirkan perubahan pada dirinya sendiri "Everyone thinks of cahnging the world, but no one thinks of changing himself".
b. Perubahan yang seharusnya dan yang menjadi kenyataan
Sebagai suatu pilihan, komitmen dan tanggung jawab, suatu perubahan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Perubahan dapat terjadi sebagian atau tidak terjadi sama sekali. Perubahan yang kita kehendaki merupakan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi tidak semua perubahan merupakan pertumbuhan atau perkembangan dan tidak semua pertumbuhan dan perkembangan merupakan perubahan yang seharusnya. Bahkan ada kalanya pertumbuhan dan perkembangan tidak menjadi kenyataan. Standar atau tolok ukur diperlukan bila pertumbuhan dan perkembangan sebagai perubahan, sehingga dengan demikian kita dapat menentukan apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan keinginan yang dikehendaki. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu transformasi hidup dari suatu perubahan yang holistik.
"Only the wisest and stupidest of men never change" atau " Hanya orang yang paling berhikmat dan paling bodoh yang tidak pernah berubah". (Confucius)
Judul: Perubahan Terencana Manajemen dan Kepemimpinan
Matakuliah: Manajemen
Dosen: Tina Shinta Parulian
Post a Comment